PAMEKASAN, panjalu.online– Kabar duka menyelimuti warga Nahdliyin dan masyarakat Madura. KH Taufik Hasyim, Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Ulum Sumber Anom, sekaligus Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, wafat bersama sang istri tercinta, Nyai Amiratul Mawaddah, dalam kecelakaan tragis yang terjadi di ruas tol wilayah Probolinggo.
Peristiwa memilukan itu terjadi pada Sabtu dini hari saat keduanya tengah dalam perjalanan pulang ke Jember usai menghadiri sejumlah agenda keagamaan dan organisasi. Sebelumnya, almarhum menghadiri haul di Banyu Anyar, bersilaturahmi ke Pendopo Pamekasan, serta memberikan sambutan dalam acara pelantikan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) pada Jumat malam.
“Selepas menghadiri kegiatan pelantikan ISNU, beliau langsung melanjutkan perjalanan ke Jember. Namun takdir berkata lain,” tutur KH Ihya'uddin Yasin, Katib Syuriah PCNU Pamekasan, dengan suara bergetar.
Mobil yang mereka tumpangi, Toyota Innova Zenix bernomor polisi N 1086 EL, mengalami kecelakaan di Km 835 ruas Tol Pasuruan–Probolinggo, dalam kondisi cuaca cerah dan arus lalu lintas lancar. Berdasarkan informasi dari Ditlantas Polda Jatim, dugaan sementara penyebab kecelakaan adalah microsleep yang dialami sopir, sehingga kendaraan tak terkendali dan menghantam bagian belakang truk yang berada di jalur yang sama.
Dalam mobil tersebut terdapat enam orang penumpang, termasuk almarhum dan almarhumah. Mereka adalah sopir Moh Sholehudin, dua anak kecil Moh Syakir dan Muhammad Ali, serta seorang perempuan bernama Siti Sulaiha. Hanya dua orang yang dinyatakan meninggal di tempat, yakni KH Taufik dan istrinya.
“Beliau akan dimakamkan di Kali Glagah, Jember, tempat di mana beliau juga mengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum. Meski tinggal di Jember, semangatnya untuk membina umat di Madura tak pernah pudar,” imbuh KH Ihya’.
Kepergian pasangan suami istri ini meninggalkan duka yang sangat dalam. Lebih menyayat hati, mereka berpulang meninggalkan enam anak, sebagian masih kecil dan bahkan ada yang masih bayi. Kini, keenam anak tersebut telah menjadi yatim piatu dalam sekejap.
Ungkapan belasungkawa dan doa terus mengalir dari berbagai kalangan—baik dari para ulama, tokoh masyarakat, santri, hingga warganet. Linimasa media sosial dipenuhi ucapan duka cita dan kenangan atas keteladanan dan kontribusi besar almarhum selama hidupnya.
Jenazah almarhum dan almarhumah disambut tangis haru ribuan pelayat. Doa-doa dipanjatkan di berbagai pesantren dan masjid. Banyak yang mengenang beliau sebagai sosok ulama yang santun, bersahaja, dan sangat aktif dalam membina umat tanpa pamrih.
Selamat jalan, Kiai dan Nyai. Pengabdianmu akan selalu hidup dalam hati umat.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.(red.a)
Post a Comment