IHSG Tertekan di Awal Pekan, Aksi Jual Saham Perbankan Besar Bikin Pasar Terguncang

   


 panjalu.online-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka dengan tren negatif pada perdagangan Senin, 2 Juni 2025. Indeks utama Bursa Efek Indonesia itu tergelincir cukup dalam akibat tekanan jual masif, terutama di sektor perbankan.

Sejak sesi pagi, IHSG bergerak di zona merah, dipicu oleh aksi jual intensif terhadap saham-saham bank papan atas yang selama ini menjadi penopang utama indeks.

Tiga raksasa perbankan nasional — PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) — mengalami koreksi tajam dan menjadi kontributor terbesar terhadap pelemahan indeks.

  • Saham BBRI anjlok 5,2% ke posisi Rp3.620 per lembar, penurunan harian terdalam sejak awal tahun.

  • BMRI ikut tertekan dengan penurunan 4,27%.

  • BBCA terkoreksi 2,85%, memperpanjang tren negatif di sektor keuangan.

Pelemahan ini membuat IHSG semakin menjauh dari ambang psikologis 7.000 poin yang sejak awal 2025 berulang kali diuji.

Pemicunya: Kombinasi Sentimen Eksternal dan Internal

Analis menilai tekanan terhadap saham bank besar bukan terjadi tanpa alasan. Kombinasi dari tekanan global dan domestik menjadi pemicunya.

"Investor saat ini tengah mencermati dampak dari suku bunga global yang tinggi dan risiko likuiditas ketat, yang bisa menekan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) bank ke depan," ujar seorang analis senior dari sekuritas terkemuka.

Kondisi ini diperburuk dengan aksi jual bersih (net sell) besar-besaran oleh investor asing, yang membuat kepercayaan investor lokal ikut terguncang. Total nilai net sell asing mencapai ratusan miliar rupiah hanya dalam sesi pagi.

Situasi ini menciptakan efek domino, di mana kepanikan pasar menular ke investor ritel yang kemudian ikut melepas sahamnya tanpa melihat kondisi fundamental.

OJK: Fundamental Perbankan Masih Kuat

Menanggapi gejolak pasar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera merespons dengan menyatakan bahwa stabilitas sektor keuangan nasional masih dalam kondisi aman dan terkendali.

"Rasio permodalan (CAR) dan pengembalian aset (ROA) perbankan masih sehat, dan tidak ada indikasi tekanan sistemik," tegas juru bicara OJK dalam keterangan resminya.

OJK juga meminta pihak perbankan untuk terus menjaga komunikasi dan keterbukaan informasi kepada investor guna menghindari spekulasi berlebihan yang bisa memicu sentimen negatif lanjutan.

Analis: Jangan Panik, Fokus ke Investasi Berbasis Nilai

Di tengah tekanan ini, analis pasar modal mengingatkan investor ritel untuk tidak terjebak dalam euforia penurunan jangka pendek. Penurunan harga saham bank justru bisa menjadi peluang menarik bagi investor jangka panjang.

“Ini saatnya melakukan evaluasi portofolio. Fokuslah pada saham berfundamental kuat yang saat ini sedang diperdagangkan dengan valuasi menarik,” ujar analis dari sebuah manajer investasi.

Namun demikian, dia mengingatkan pentingnya manajemen risiko dan diversifikasi portofolio, terutama karena volatilitas pasar masih berpotensi tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

Outlook: Volatilitas Masih Berlanjut

IHSG diperkirakan akan tetap berfluktuasi dalam waktu dekat, sambil menanti kepastian arah kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed) dan perkembangan data ekonomi global yang bisa berdampak langsung ke pasar emerging market, termasuk Indonesia.

Pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada, mengikuti perkembangan makroekonomi secara saksama, serta tidak mengambil keputusan investasi berdasarkan kepanikan sesaat.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post