MAKKAH, panjalu.online –Sehari menjelang puncak ibadah haji, seluruh jemaah dari berbagai kloter mulai bersiap diberangkatkan menuju Arafah. Termasuk di antaranya adalah jemaah haji dari Kloter 03 SUB yang berasal dari wilayah Kediri dan sekitarnya. Pendorongan jemaah akan dilakukan secara bertahap berdasarkan sistem kelompok atau kafilah, sesuai regulasi dari penyelenggara layanan haji (syarikah).
Ketua Kloter 03 SUB, Khoirul Anam, menjelaskan bahwa sistem pergerakan jemaah menuju Arafah menggunakan pengelompokan berdasarkan kafilah gabungan. Artinya, jemaah dari kloternya akan bergabung bersama kloter lain seperti Kloter 01 SUB dan Kloter 02 SUB dalam satu sektor layanan.
“Secara keseluruhan, kita masuk ke dalam Sektor 10 Misfalah. Sebagian besar berada di bawah syarikah MCDC. Rencananya, pemberangkatan ke Arafah akan dilakukan pada 8 Dzulhijjah, insyaAllah selepas salat Ashar,” jelasnya.
Waktu pemberangkatan tersebut dipilih dengan pertimbangan kondisi cuaca di Arafah yang cukup panas. Dengan berangkat di sore hari, diharapkan jemaah tidak terlalu lama berada di bawah terik matahari sebelum wukuf dimulai.
Saat ini, berbagai persiapan terus dilakukan oleh para jemaah. Termasuk pengumpulan dan penimbangan koper besar yang nantinya akan langsung dibawa menuju titik keberangkatan. “Tanggal 2 Juni pengumpulan koper, lalu 3 Juni dilakukan penimbangan dan persiapan akhir,” imbuh Khoirul, yang juga dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Namun, tidak semua jemaah dalam kondisi prima. Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kediri, Achmad Faiz, menyebutkan bahwa terdapat dua jemaah yang saat ini masih dalam perawatan intensif di RS Abeer Makkah. Salah satunya mengalami penurunan kesadaran akibat stroke, dan satu lainnya karena komplikasi diabetes.
“Keduanya akan tetap mengikuti wukuf melalui layanan safari wukuf yang disediakan rumah sakit. Mereka akan dibawa dengan ambulans lengkap ke wilayah Arafah dan kembali ke RS setelah selesai,” terang Faiz. Ia menegaskan, secara hukum, ibadah haji mereka tetap sah meskipun tidak mengikuti rangkaian lengkap seperti mabit di Mina.
Untuk pelaksanaan ritual lempar jumrah atau jamarat, Faiz juga menyebutkan bahwa jemaah lansia dan yang tidak kuat berjalan jauh diperbolehkan diwakilkan. “Yang mewakili bisa melakukan jamarat beberapa kali dengan niat menggantikan,” jelasnya.
Kondisi demografi jemaah Kabupaten Kediri memang didominasi oleh lansia. Bahkan ada beberapa jemaah lanjut usia yang berangkat tanpa pendamping keluarga. Untuk itu, Ketua Kloter 05 SUB, Hadi Suseno, mengimbau agar jemaah saling membantu dan membentuk kelompok kecil untuk saling menjaga.
“Kami juga memanfaatkan skema Murur, yakni perpindahan langsung dari Muzdalifah ke Mina tanpa turun, agar tidak melelahkan jemaah. Untuk jumrah juga akan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing,” ucapnya.
Sementara itu, sejak Senin (2/6), layanan transportasi bus Salawat yang mengantar jemaah ke Masjidil Haram dihentikan sementara. Jalan utama sekitar Masjidil Haram hanya dilewati oleh ambulans, kendaraan kepolisian, dan truk pengangkut logistik.
Sebagai gantinya, jemaah diarahkan untuk melakukan salat berjemaah di musala hotel masing-masing. Setiap hotel tempat jemaah menginap telah menyiapkan satu lantai khusus sebagai tempat ibadah. Hal ini demi menjaga stamina jemaah menjelang puncak ibadah haji.
“Ulama sepakat bahwa beribadah di Tanah Haram memiliki keutamaan yang sama di seluruh wilayah Makkah. Jadi jemaah tetap bisa meraih pahala besar meskipun salat di hotel,” tambah Faiz.
Dari sisi bimbingan ibadah, para jemaah juga terus mendapat penguatan spiritual. Salah satu pembimbing ibadah dari sektor Makkah adalah Nyai Lilik Nurcholida Badrus, pengasuh Ponpes Al Hikmah Purwoasri. Ia memberikan nasihat khusus terutama kepada jemaah perempuan dan lansia untuk menjaga kesucian diri menjelang puncak ibadah.
“Ibadah haji adalah puncak dari perjalanan spiritual. Kebersihan hati dan fisik sangat penting, apalagi bagi para ibu-ibu lansia,” pesannya.
Dengan berbagai persiapan ini, para jemaah dari Kediri dan sekitarnya siap menapaki hari-hari penuh makna di Arafah, Muzdalifah, dan Mina—puncak dari perjalanan haji yang sakral dan penuh keikhlasan.(red.a)
Post a Comment