Semangat Bung Karno Membara di Kampung Inggris: Pagelaran Seni Jadi Magnet Nasionalisme Kaum Muda

  


KEDIRI, panjalu.online  – Nuansa patriotisme menyatu dengan kreativitas seni dalam peringatan Bulan Bung Karno 2025 yang digelar di jantung Kampung Inggris, Pare, Kabupaten Kediri, Sabtu (21/6/2025). Ribuan penonton tumpah ruah menyaksikan pertunjukan yang tak sekadar menghibur, tetapi juga membangkitkan ingatan kolektif tentang perjuangan proklamator bangsa, Ir. Soekarno.

Dengan tema besar “Jas Merah: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”, acara ini dirancang sebagai ruang kolaboratif antara seniman lokal, pelajar, dan masyarakat. Momentum ini menjadi penanda bahwa sejarah tak harus disampaikan lewat mimbar pidato, melainkan bisa diwujudkan lewat panggung yang menyentuh hati dan menggugah pikiran.

Wakil Bupati Kediri, Dewi Mariya Ulfa, menyampaikan bahwa Juni adalah bulan yang sarat makna, tak hanya karena Bung Karno lahir dan wafat di bulan yang sama, tetapi juga karena Pancasila lahir dari buah pikirnya pada 1 Juni 1945.

“Kami ingin mengenalkan sejarah lewat cara yang disukai generasi muda. Dan tidak ada tempat yang lebih tepat daripada Pare, di mana pelajar dari berbagai penjuru negeri berkumpul dan belajar,” kata Mbak Dewi dalam sambutannya.

Dua Sesi, Dua Nuansa: Dari Tradisi hingga Teater Modern

Perayaan dimulai sejak siang hari di Hutan Taman Kota Pare dengan penampilan jaranan, seni tradisional khas Jawa Timur yang disambut meriah oleh warga lokal dan wisatawan. Atmosfer berubah total ketika malam tiba, dengan venue berpindah ke Lapangan Desa Tulungrejo.

Di sinilah sorotan utama berada—panggung kolaborasi seni kontemporer yang dirancang menyerupai teater terbuka menghadirkan perjalanan hidup Bung Karno dalam bentuk musikal. Penampil dari Sanggar Jayanti, Saraswati, dan musisi lokal TAF Music membawakan narasi tentang Bung Karno kecil, masa pengasingan, hingga detik-detik proklamasi kemerdekaan.

Visual dokumenter, alunan musik nasionalis, hingga efek cahaya yang dramatis menghidupkan atmosfer perjuangan. Sesi akhir berupa kolaborasi massal bertajuk Tanah Air menjadi puncak emosional malam itu.

“Malam ini bukan hanya tentang Bung Karno. Ini tentang kita semua—tentang betapa pentingnya mengingat dari mana kita berasal, agar tahu ke mana harus melangkah,” ujar salah satu pelajar peserta acara.

Seni sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Acara yang diprakarsai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi bagian dari edukasi karakter melalui pendekatan seni.

“Di tengah derasnya modernisasi, kita ingin membuktikan bahwa pesan-pesan Bung Karno bisa tetap hidup dan menginspirasi anak muda,” pungkas Mbak Dewi.

Kampung Inggris, yang selama ini dikenal sebagai pusat belajar bahasa, malam itu menjelma menjadi panggung nasionalisme. Di sana, sejarah dan masa depan bertemu dalam harmoni kreativitas dan semangat kebangsaan.(red.al)

Post a Comment

Previous Post Next Post