Pernikahan Luna Maya–Maxime Bouttier Jadi Sorotan Internasional, Strategi “Trendjacking” Brand Mewah Bermunculan

 

KEDIRI,  panjalu.online Momen pernikahan aktris papan atas Luna Maya dengan aktor muda Maxime Bouttier pada 7 Mei lalu sukses menyedot perhatian publik, tak hanya di dalam negeri, tapi juga dari mancanegara, termasuk Malaysia.

Hari-hari menjelang pernikahan, nama Luna Maya telah mendominasi pembicaraan warganet. Dua hari sebelum hari H, kata kunci “Luna Maya” sudah mencatatkan lebih dari 26 ribu pencarian di platform X (dulu Twitter), menandakan betapa besar antusiasme masyarakat terhadap prosesi pernikahan mereka.

Yang membuat pernikahan ini menonjol bukan sekadar karena nama besar keduanya, tetapi karena kuatnya unsur budaya lokal yang ditampilkan dalam berbagai rangkaian acara, mulai dari siraman hingga sungkeman yang berlangsung khidmat di Pulau Dewata, Bali.

Netizen asal Malaysia bahkan turut mengomentari keindahan prosesi tersebut. Salah satu unggahan yang viral dari akun @rou*** menyebut bahwa pernikahan Luna memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia dengan elegan dan artistik. “Saya suka cara selebriti Indonesia menikah. Estetikanya sangat terasa dalam dekorasi, pakaian, hingga ritualnya. Ini berbeda sekali dengan pernikahan artis Malaysia,” tulisnya. Cuitan itu dibaca oleh lebih dari 423 ribu pengguna dalam sehari.

Pernikahan yang Jadi Referensi dan Inspirasi Komersial

Dampak dari pernikahan ini pun menjalar ke dunia industri pernikahan. Beberapa wedding organizer (WO) kini mulai meniru konsep pernikahan Luna-Maxime, dari dekorasi bernuansa tradisional-modern, busana adat yang elegan, hingga model souvenir eksklusif yang mereka berikan kepada tamu undangan.

Hampers pernikahan pasangan ini pun jadi bahan perbincangan. Alih-alih memilih oleh-oleh konvensional, mereka menyajikan paket souvenir bernilai tinggi dan multifungsi, dikemas dalam tas anyaman khas Bali. Paduan nilai lokal dan sentuhan modern ini sukses menuai pujian.

Isi dari hampers tersebut semakin menguatkan citra eksklusif pernikahan mereka. Saat Edric Tjandra dan Melaney Ricardo membagikan momen unboxing di media sosial, unggahan mereka langsung dibanjiri komentar positif dari para pengikutnya.

Di dalamnya, terdapat tumbler Stanley hitam yang diukir dengan inisial “LM”, handuk hotel premium Terry Palmer, serta body oil mewah dari Yves Saint Laurent, yang harga pasarnya mencapai lebih dari Rp 1,6 juta. Tentu saja, semua itu bukan sekadar simbol kemewahan, tapi juga mencerminkan karakter thoughtful dan sophisticated dari pasangan ini.

Momen ini pun dimanfaatkan sejumlah brand untuk menerapkan strategi pemasaran cerdas yang dikenal dengan sebutan "trendjacking."

Mengenal Strategi Trendjacking: Efektif, Cepat, dan Emosional

“Trendjacking” adalah metode pemasaran yang memanfaatkan momen viral atau tren populer untuk membangun kedekatan antara brand dan audiens. Ketika publik ramai membicarakan pernikahan Luna dan Maxime, merek-merek yang ikut tampil dalam momen tersebut otomatis ikut terangkat visibilitasnya.

Ada tiga manfaat utama dari trendjacking. Pertama, meningkatkan eksposur. Saat brand dikaitkan dengan peristiwa populer, kemungkinan audiens mengingatnya akan jauh lebih besar. Kedua, memberikan dampak instan, karena memanfaatkan emosi dan perhatian yang sudah terbentuk sebelumnya. Ketiga, membangun hubungan emosional, karena brand hadir dalam konteks yang relevan dan menyenangkan bagi audiens.

Strategi ini terbukti lebih mudah direspons karena kontennya terasa lebih natural dan tidak terkesan memaksakan promosi. Namun, tantangan utamanya adalah kecepatan. Jika tidak segera memanfaatkan momentum, tren bisa berlalu begitu saja.

Jadi, bagi para pelaku bisnis dan kreator konten, trendjacking bisa jadi senjata jitu untuk meningkatkan interaksi dan membangun brand secara lebih organik. Tapi ingat, kunci utamanya adalah relevansi dan ketepatan waktu.(red.a)


Post a Comment

Previous Post Next Post