Jelang Idul Adha, Pengrajin Arang Tradisional di Jombang Panen Rezeki, Omzet Harian Tembus Rp 5 Juta

 


JOMBANG, panjalu.online– Hari Raya Idul Adha membawa berkah tersendiri bagi pengusaha arang tradisional di Kabupaten Jombang. Salah satunya adalah Yuni Lukitasari (39), warga Dusun Gedangan, Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, yang mengaku kebanjiran pesanan menjelang perayaan kurban.

Usaha rumahan yang dirintis sejak tahun 2016 ini awalnya merupakan warisan dari sang ayah, Sukarno (65). Kini, Yuni melanjutkannya bersama sang suami dan beberapa tenaga kerja lokal. Mereka secara rutin memproduksi arang kayu mangga dan kayu asam jawa.

“Biasanya kami kirim ke warung sate, pengecer, dan toko kelontong di sekitar Jombang dan Mojokerto. Tapi mendekati Idul Adha ini pesanan meningkat drastis,” ujar Yuni, Rabu (4/6/2025).

Dalam kondisi normal, ia hanya mengirim sekitar 35 sak atau setara 700 Kg arang per hari. Namun menjelang Idul Adha, permintaan melonjak dua kali lipat hingga 70 sak atau 1.400 Kg per hari.

Setiap karung arang berisi 20 Kg, dan harga jualnya bervariasi: Rp 65.000 per sak untuk arang kayu mangga, sedangkan arang kayu asam jawa dibanderol Rp 100.000 per sak karena dianggap lebih berkualitas dan tahan bara lebih lama.

“Arang dari kayu asam ini paling diburu, karena tidak menimbulkan percikan saat dibakar dan membuat daging terasa lebih gurih,” jelasnya.

Usaha arang ini diproduksi secara tradisional menggunakan empat tungku besar berukuran 3x5 meter yang terbuat dari batu bata dan dilapisi tanah liat. Setiap tungku bisa memuat hingga 700 Kg kayu dan butuh waktu sekitar 15 hari untuk proses pembakaran hingga siap kemas.

Dalam satu bulan, Yuni bisa memproduksi sekitar 5.600 Kg arang atau 280 sak. Proses produksinya dimulai dari pemilahan dan pengupasan batang kayu, dilanjutkan dengan pembakaran selama delapan hari, kemudian didiamkan agar dingin sebelum dikemas.

“Semua proses kami kerjakan manual. Bahkan pembakaran hanya menggunakan ranting dan kulit pohon, tanpa bahan bakar tambahan,” ungkapnya.

Menjelang perayaan Idul Adha seperti sekarang, omzetnya bisa mencapai Rp 5 juta per hari, dua kali lipat dari pendapatan hari biasa yang berkisar Rp 2,5 juta per hari.

Yuni mengaku senang karena selain membawa berkah bagi keluarganya, usahanya juga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, terutama ibu-ibu yang membantu proses pengemasan.

“Kami bersyukur, permintaan stabil setiap tahun. Apalagi saat musim kurban, banyak pelanggan dari luar daerah juga ikut pesan,” pungkasnya.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post