KEDIRI, panjalu.online – Ribuan jemaah dari berbagai penjuru Nusantara tumpah ruah di Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Sabtu (21/6) malam. Mereka hadir untuk satu tujuan: mengenang dan memuliakan sosok ulama besar yang menjadi mercusuar ilmu di Tanah Jawa, yakni Syaikh Ihsan Dahlan Al-Jampesi.
Peringatan haul ke-73 pendiri Pondok Pesantren Al Ihsan Jampes ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momentum spiritual yang menyatukan hati para santri, ulama, dan masyarakat. Dari Sumatera hingga Kalimantan, dari pesisir Jawa Barat hingga pelosok Jawa Timur, rombongan jemaah berdatangan membawa doa dan kecintaan pada sang ulama kharismatik.
Kepadatan arus lalu lintas di jalur nasional Kediri–Surabaya pun tak terelakkan. Deretan bus besar dan kendaraan pribadi memenuhi bahu jalan di sekitar pesantren. Bahkan, banyak jemaah memilih duduk bersila di tepi jalan nasional demi mengikuti rangkaian acara haul yang digelar hingga dini hari.
“Saya rutin datang setiap tahun. Haul ini bukan hanya peringatan wafat, tapi juga kesempatan untuk menyambung sanad keilmuan dan mengenang keteladanan,” ujar Kiai Agus Salim Imamudin, alumnus Ponpes Al Ihsan asal Cilacap yang menimba ilmu di Jampes sejak tahun 1968.
Baginya, pelajaran dari Mbah Ihsan tak hanya tertulis dalam kitab-kitab, melainkan juga dalam laku hidup sang guru yang penuh kesahajaan. “Modal ilmu yang saya bawa dari sini bahkan memudahkan saya saat menimba ilmu ke Makkah,” kenangnya.
Haul ke-73 ini juga menjadi saksi betapa besarnya pengaruh Mbah Ihsan. Wakil Ketua Umum PBNU, Kiai Zulfa Mustofa, yang hadir memberikan tausiyah, menegaskan pentingnya mengikuti jejak para ulama seperti Syaikh Ihsan yang ilmunya menembus batas ruang dan waktu.
“Mbah Ihsan itu mungkin tidak mengejar ketenaran di dunia, tapi Allah telah mengangkat namanya. Haul ini bukti nyata cintanya umat kepada ulama,” ungkap Kiai Agus Mangku Alam, perwakilan keluarga besar pesantren.
Sekretaris panitia, Imam Murofik, menyebut sekitar delapan ribu jemaah hadir dalam haul tahun ini. Mereka mengikuti rangkaian acara mulai dari ziarah, tablig akbar, hingga pengajian umum yang berlangsung khidmat hingga malam larut.
Haul bukan sekadar tradisi tahunan. Ia menjadi penanda bahwa warisan keilmuan, akhlak, dan perjuangan Mbah Ihsan masih hidup di hati para santri dan umat. Dari halaman pesantren Jampes yang sederhana, gelombang spiritual itu menyebar ke penjuru Nusantara.(red.al)
Post a Comment