Gaya Hidup Baru Anak Muda: JOMO, Pilih Bahagia Tanpa Ikut Tren Dunia Maya

 



Kediri, panjalu.online   – Di tengah arus digital yang deras, tak sedikit anak muda yang justru memilih ‘mundur’ dari hingar-bingar internet. Fenomena ini dikenal sebagai JOMO (Joy of Missing Out) — kebalikan dari FOMO (Fear of Missing Out) yang sebelumnya sempat mendominasi gaya hidup digital generasi milenial dan Gen Z.

Alih-alih takut ketinggalan kabar viral, tren terbaru, atau kehidupan para selebriti, generasi hari ini mulai merasa lebih nyaman dan damai saat tidak terlibat langsung dalam hiruk-pikuk dunia maya.

JOMO: Ketika “Nggak Tahu” Justru Membuat Bahagia

Konsep JOMO menekankan kebahagiaan karena tidak selalu terhubung dan tidak ikut-ikutan. Misalnya, tidak merasa bersalah ketika tidak menonton serial yang sedang ramai dibicarakan, atau sengaja tidak membuka media sosial selama beberapa hari.

Bagi sebagian anak muda, ini bukan sikap masa bodoh, tapi bentuk kesadaran akan pentingnya menjaga ketenangan pikiran di tengah derasnya informasi yang kadang tak berguna.

Mengapa JOMO Makin Populer?

Beberapa faktor yang mendorong anak muda beralih ke gaya hidup JOMO antara lain:

  • Lelah dengan Kelebihan Informasi: Terlalu banyak konten yang dikonsumsi setiap hari bisa memicu stres dan perasaan tertinggal, bahkan membuat seseorang kehilangan jati diri.

  • Digital Detox Jadi Tren: Semakin banyak orang yang dengan sengaja menjauh dari layar ponsel dan laptop, demi menikmati interaksi dunia nyata.

  • Fokus pada Hidup yang Autentik: Banyak generasi muda kini lebih memilih hidup sederhana, tenang, dan tidak perlu validasi dari media sosial.

  • Privasi Lebih Diutamakan: Di era oversharing, muncul tren "low-key" di mana orang enggan membagikan segala aspek hidupnya. Bagi mereka, tidak terlihat bukan berarti tidak hebat.

Manifestasi Gaya Hidup JOMO di Kehidupan Sehari-hari

Gaya hidup JOMO tak hanya konsep, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian. Contohnya:

  • Menggunakan ponsel fitur sederhana untuk membatasi akses ke aplikasi sosial.

  • Mengikuti acara komunitas bebas gadget, seperti silent camping atau yoga offline.

  • Influencer yang memilih tidak mengunggah kehidupan pribadi secara berlebihan.

  • Gerakan unfollow massal demi menjaga kesehatan mental dari konten-konten toxic.

Manfaat dan Risiko Gaya Hidup JOMO

Menurut sejumlah psikolog, JOMO bisa membawa dampak positif seperti meningkatnya fokus, kualitas tidur yang lebih baik, serta pengurangan kecemasan karena minimnya distraksi digital.

Namun, ada juga sisi yang perlu diwaspadai. Jika tidak dikendalikan, gaya hidup ini bisa menjauhkan seseorang dari isu-isu penting di masyarakat atau mengarah ke sikap tertutup secara sosial.

Kuncinya, kata para ahli, adalah menjaga keseimbangan: mengetahui apa yang penting untuk diketahui, dan mengizinkan diri melewatkan sisanya.(red.al)

Post a Comment

Previous Post Next Post