Kondisi Sungai Brantas Memprihatinkan, Bendung Waru Turi Terancam Akibat Limbah Industri

 


Kediri, panjalu.onlineSungai Brantas yang menjadi nadi utama irigasi di wilayah Jawa Timur kini berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Salah satu titik kritis berada di Bendung Gerak Waru Turi, Kabupaten Kediri, yang saat ini terdampak serius akibat pencemaran dari limbah industri, khususnya dari pabrik-pabrik di sekitar aliran sungai.

Sungai Brantas yang bersumber dari kaki Gunung Arjuno di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, mengalir melewati berbagai daerah strategis seperti Kota Malang, Kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Kertosono, Jombang, hingga bercabang di Mojokerto menjadi Kali Surabaya. Perannya yang vital dalam menunjang kebutuhan pertanian dan air baku menjadikan sungai ini sangat penting untuk dijaga.

Bendung Gerak Waru Turi sendiri dibangun untuk berbagai kepentingan strategis, seperti:

  • Menyalurkan pasokan air untuk irigasi di wilayah Warujayeng, Turi-Tunggrono, hingga Papar-Peterongan.

  • Mengatur aliran air agar tidak terjadi banjir di kawasan hilir.

  • Mengelola volume air Sungai Brantas secara efisien demi menjaga kesinambungan pasokan air.

Namun belakangan, kualitas lingkungan di sekitar bendungan menurun drastis. Limbah cair dari industri gula, ditambah dengan tumpukan sampah, endapan lumpur, dan pertumbuhan liar enceng gondok, memperburuk kondisi aliran air. Tak hanya mengganggu fungsi irigasi, situasi ini juga berdampak negatif pada sektor pariwisata dan kesehatan lingkungan.

Menurut Zakaria, petugas pengelola Bendung Gerak Waru Turi, pihaknya telah mengajukan bantuan berupa alat berat jenis amfibi, yang dirancang khusus untuk membersihkan sampah dan lumpur dari perairan.
“Kami sudah lama mengusulkan pengadaan traktor air agar bisa segera membersihkan sedimen dan tumpukan sampah. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut,” jelas Zakaria.

Ia menekankan bahwa keterlambatan dalam menangani persoalan ini bisa berdampak panjang, terutama saat musim hujan di mana volume air meningkat dan risiko banjir makin besar.
"Kalau kondisi ini terus dibiarkan, bisa-bisa fungsi irigasi terganggu total dan kawasan sekitar menjadi tidak aman lagi saat debit air naik," tambahnya.

Zakaria juga menyoroti pentingnya dukungan dari pemerintah daerah, dinas lingkungan hidup, serta industri setempat untuk ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian sungai. "Kesadaran kolektif sangat dibutuhkan. Sungai ini milik kita bersama. Kalau rusak, semua akan merasakan dampaknya."

Sebagai bagian dari upaya jangka panjang, ia mengusulkan adanya rutinisasi program bersih sungai, peningkatan kesadaran masyarakat sekitar, serta pengawasan ketat terhadap industri yang membuang limbah ke badan air.

Masyarakat berharap agar pemerintah segera turun tangan secara nyata. Bukan hanya sekadar wacana, tapi melalui langkah konkret yang dapat memulihkan kebersihan dan fungsi vital Sungai Brantas demi keberlangsungan hidup jutaan warga di Jawa Timur.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post