Pengerjaan jalan tol Kediri , panjalu.online–Tulungagung yang akan menjadi akses utama menuju Bandara Dhoho terus menunjukkan perkembangan. Meski demikian, proses pembebasan lahan belum sepenuhnya rampung. Hingga saat ini, masih terdapat sekitar 180 bidang tanah yang belum berhasil dibebaskan.
Langkah-langkah percepatan terus dilakukan oleh pihak terkait, termasuk dialog langsung dengan masyarakat yang terdampak. Seperti yang berlangsung pada Rabu (12/6), musyawarah kembali digelar bersama warga Kelurahan Gayam dan Bujel, Kecamatan Mojoroto.
Ketua Tim Pengadaan Tanah (TPT) Proyek Tol Kediri–Tulungagung, Linanda Krisni Susanti, menjelaskan bahwa sampai pekan ini, capaian pembebasan lahan untuk akses menuju bandara di wilayah Kota Kediri telah menyentuh angka 72,64 persen. Sementara untuk wilayah Kabupaten Kediri, pembebasan lahan tahap pertama (Penlok I) telah selesai 100 persen.
“Masih ada kurang lebih 180 bidang yang saat ini belum tuntas proses pembebasannya. Itu tersebar di dua wilayah, yakni Kelurahan Gayam dan Bujel,” jelas Linanda saat ditemui di Balai Kelurahan Gayam, kemarin.
Musyawarah kemarin mencakup lima bidang tanah, dengan rincian empat bidang di Kelurahan Gayam dan satu bidang di Kelurahan Bujel. Bidang tersebut mencakup area sawah yang selama ini digarap warga. Namun, tidak semua pihak hadir dalam pertemuan tersebut. Dua pemilik tanah absen karena belum bisa hadir pada waktu yang telah dijadwalkan.
“Kami masih membuka kesempatan satu kali lagi untuk proses musyawarah lanjutan,” ujarnya.
Selain itu, Linanda juga menanggapi isu keberatan warga di Dusun Kasian, Desa Manyaran, Kecamatan Banyakan. Ia menyebutkan bahwa dugaan penolakan tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya komunikasi atau informasi yang diterima warga.
“Ada miskomunikasi soal rencana penutupan jalan. Seharusnya, sebelum dilakukan penutupan akses, perlu sosialisasi secara menyeluruh dan jelas mengenai jalur alternatif,” tegasnya.
Musyawarah kemarin turut dihadiri oleh perwakilan warga yang terdampak langsung. Salah satunya adalah Atmadi (44), petani penggarap lahan sawah di Kelurahan Gayam. Ia mengaku menerima kompensasi atas tanaman padinya yang terdampak proyek tol.
“Saya menerima nilai ganti rugi yang ditawarkan, karena itu hanya untuk tanamannya saja. Lahannya bukan milik saya,” ujar Atmadi, yang telah mengelola lahan tersebut selama empat tahun terakhir.
Ia pun menyatakan bahwa nilai yang ditawarkan pihak proyek sudah sesuai dan layak. “Menurut saya nilainya sudah cukup adil,” pungkasnya.
Proyek jalan tol ini menjadi bagian penting dalam mendukung konektivitas Bandara Dhoho dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah Kediri dan sekitarnya. Oleh karena itu, pihak pengembang terus mengupayakan penyelesaian pembebasan lahan dengan pendekatan musyawarah dan dialog terbuka kepada warga terdampak.(red.a)
Post a Comment