Kediri, panjalu.online – Tak banyak yang menyangka bahwa aktivitas iseng mengisi waktu luang bisa berubah menjadi ladang rezeki. Hal itulah yang dialami Sri Marilin, seorang perempuan asal Desa Wonosari, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri.
Awalnya, ia hanya gemar membuat kerajinan tangan. Terkadang menyulam, di lain waktu melukis batik atau wayang pada kain. Namun lambat laun, kesenangan itu berubah menjadi peluang usaha yang menjanjikan.
Di kios kecil berukuran dua meter persegi miliknya, beragam produk hasil tangan sendiri dipajang rapi. Rak kayu berisi bucket hat dan tas tangan, sementara hanger berdiri menjadi tempat menggantung aneka dompet, tas goni, dan slingbag unik.
Dibalut kemeja batik kuning dan celana panjang hitam senada dengan jilbabnya, Sri tampak cekatan melayani pelanggan. Usianya memang sudah memasuki 45 tahun, namun semangat dan penampilannya tetap energik.
“Saya mulai kerja dari pagi. Produksi sekaligus jualan,” kata Sri, yang rumahnya persis di samping kios tersebut.
Usaha yang ia rintis sejak tahun 2015 ini bermula dari keisengan membuat bros dan hiasan sandal. Belajar secara otodidak lewat video di YouTube dan Facebook, lama-kelamaan ia mulai merambah ke produk yang lebih kompleks seperti tas kanvas, dompet etnik, hingga bucket hat bermotif lukisan tangan.
“Motifnya saya buat khas, seperti batik atau gambar wayang. Supaya ada nilai budaya yang melekat di produk kekinian,” ujarnya bangga.
Sri merupakan lulusan pendidikan fesyen, sehingga kemampuan teknis menjahit dan mendesain sudah dimilikinya sejak lama. Namun ia tak berhenti belajar. Berbagai pelatihan daring dan luring ia ikuti untuk memperdalam keterampilannya.
Ia mengaku, awalnya hanya menjual aksesori sederhana ke tetangga atau teman. Tapi karena banyak yang tertarik, ia mulai menekuni bisnis ini secara serius. Produk-produknya unik, bahkan terbilang nyeleneh—seperti dompet berbentuk flatshoes atau tas dari kain perca.
Harga jualnya pun sangat terjangkau. Mulai dari Rp 10 ribu untuk dompet koin, Rp 25 ribu untuk tempat pensil, hingga Rp 200 ribu untuk tas laptop. “Saya ingin produk saya bisa dibeli semua kalangan. Meski buatan tangan, harganya tetap bersahabat,” tambahnya.
Meski sempat mengalami pasang surut dalam menjalankan bisnis, Sri tetap bertahan. Kini, produk buatannya tak hanya dipasarkan secara lokal, tapi juga menjangkau konsumen di berbagai provinsi, dari Jawa Timur hingga Jawa Barat.
Beberapa produknya bahkan telah masuk ke toko oleh-oleh dan bandara. Ia juga rutin mengikuti pameran budaya untuk memperkenalkan hasil karyanya lebih luas lagi.
“Kuncinya terus belajar dan menyesuaikan diri dengan tren. Saya banyak cari inspirasi dari Pinterest dan media sosial lainnya,” ucapnya.
Dari ketekunan itu, Sri mampu menjual 20–30 item per hari, dengan omset bulanan mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Puncaknya bisa meningkat hingga 35 persen saat mengikuti event-event tertentu.
“Kalau ikut pameran, hasilnya lebih besar. Alhamdulillah, semuanya berkat ketekunan,” tutup Sri sambil memperlihatkan catatan keuangan usahanya.(red.al)
Post a Comment