Wisata Bromo Ditutup Sementara Selama Empat Hari, Hormati Upacara Sakral Suku Tengger

 


Probolinggo, panjalu.onlineKawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) akan ditutup sementara selama empat hari guna mendukung pelaksanaan ritual adat tahunan Yadnya Kasada yang digelar oleh masyarakat Suku Tengger. Penutupan ini diberlakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal dan kelangsungan warisan budaya leluhur.

Selain pesona alam yang menawan, Gunung Bromo juga menjadi pusat kebudayaan masyarakat Tengger yang mendiami wilayah di sekitarnya. Suku Tengger, yang mayoritas menganut kepercayaan Hindu Tengger, masih menjaga erat tradisi warisan nenek moyang mereka, termasuk pelaksanaan ritual Yadnya Kasada.

Ritual ini merupakan upacara persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan arwah leluhur, khususnya kepada Kusuma, anak bungsu pasangan legendaris Jaka Seger dan Roro Anteng, yang dipercaya telah mengorbankan dirinya demi memenuhi janji orang tuanya dan menjaga keharmonisan keluarga serta ketentraman desa.

Prosesi ini ditandai dengan pelemparan sesaji ke kawah Gunung Bromo yang melambangkan rasa syukur dan permohonan berkah dari para leluhur. Selain itu, upacara juga diramaikan oleh penampilan Tari Jaka Seger dan Roro Anteng, yang hanya dapat ditarikan oleh penduduk asli Suku Tengger saat perayaan adat berlangsung.

Mengacu pada pengumuman resmi Balai Besar TNBTS, kawasan wisata Bromo akan ditutup total mulai:

  • Selasa, 10 Juni 2025 pukul 00.01 WIB

  • Rabu, 11 Juni 2025

  • Kamis, 12 Juni 2025

  • Jumat, 13 Juni 2025

Penutupan ini hanya mengecualikan masyarakat lokal yang ikut serta dalam ritual, khususnya pada 10–11 Juni 2025. Selanjutnya, pada 12–13 Juni, kawasan akan difokuskan untuk kegiatan pembersihan dan pemulihan area, sebelum kembali dibuka untuk wisatawan.

Kepala Balai Besar TNBTS menyampaikan bahwa langkah ini merupakan komitmen pihaknya dalam menjaga harmonisasi antara pariwisata dan pelestarian budaya lokal. "Ini bukan sekadar penutupan, tetapi juga penghormatan terhadap nilai-nilai kultural yang hidup di tengah masyarakat pegunungan Tengger," ungkapnya.

Wisatawan diimbau untuk menyesuaikan jadwal kunjungan, serta menghormati kearifan lokal sebagai bagian dari etika berwisata di wilayah konservasi budaya dan alam. Momentum ini juga dapat dijadikan kesempatan untuk mengenal lebih dekat nilai-nilai luhur yang menjadikan Bromo tak hanya indah, tapi juga sakral dan bermakna.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post