MAKKAH, panjalu.online–Meningkatnya kedatangan jemaah haji dari berbagai penjuru dunia menjadikan kawasan Masjidil Haram di Makkah semakin padat. Guna menjaga kebugaran menjelang puncak ibadah haji, jemaah asal Kediri diimbau untuk mengurangi aktivitas berat dan fokus pada pemulihan energi.
Ketua Kloter SUB 03, Khoirul Anam, memberikan arahan agar jemaah membatasi kunjungan ke Masjidil Haram dan lebih memanfaatkan musala hotel untuk salat berjemaah.
“Saat ini kondisi Masjidil Haram sudah sangat ramai. Demi keselamatan dan stamina, kami sarankan jemaah beristirahat lebih banyak dan melaksanakan ibadah wajib di musala hotel,” ujarnya kepada media.
Kepadatan ini terjadi seiring dengan tibanya gelombang kedua jemaah dari berbagai negara. Masjidil Haram menjadi pusat utama kegiatan, sehingga tingkat kepadatan meningkat drastis. Kondisi tersebut juga diperparah oleh suhu udara yang cukup tinggi.
“Kami juga mengingatkan agar jemaah rutin minum oralit untuk menghindari dehidrasi, karena cuaca di Makkah meskipun tidak sepanas Madinah, tetap menyengat,” tambahnya.
Jemaah asal Kabupaten Kediri, yang kini telah tiba di Makkah, turut melakukan langkah antisipatif. Mereka memanfaatkan waktu dengan memperbanyak ibadah ringan, istirahat, serta mengikuti bimbingan manasik dan zikir bersama.
Achmad Faiz, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kediri, menuturkan bahwa pembekalan spiritual tetap diberikan melalui sesi materi dan diskusi ringan.
“Bimbingan manasik terus dilakukan. Fokusnya pada pemahaman makna ibadah dan kesiapan mental. Untuk praktik, akan dilakukan saat tiba di lokasi puncak haji,” jelasnya.
Sementara itu, beberapa jemaah mengisi waktu dengan mengunjungi situs bersejarah, seperti Gua Tsur, tempat Nabi Muhammad SAW dan sahabat Abu Bakar bersembunyi saat hijrah ke Madinah.
“Ini bagian dari ziarah sejarah. Kita mengenang perjuangan Rasulullah yang luar biasa dalam menyebarkan Islam,” ungkap Syamsul Hadi, pembimbing jemaah dan Direktur Multazam Alhadi Tour & Travel.
Menurut pria yang akrab disapa Abah Syamsul itu, perjalanan hijrah Nabi Muhammad adalah simbol dari keteguhan, ketabahan, dan keimanan dalam menghadapi tantangan dakwah.
“Peristiwa ini memberi inspirasi bagi umat Islam bahwa kesulitan adalah bagian dari jalan kebenaran, dan Allah akan selalu memberi jalan bagi yang sabar,” tegasnya.
Di tengah penantian menuju puncak ibadah wukuf di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), jemaah juga menyibukkan diri dengan urusan domestik seperti mencuci pakaian.
Menurut laporan wartawan Radar Kediri, M. Arif Hanafi, sejumlah jemaah memilih mencuci sendiri daripada menggunakan jasa laundry yang bertarif 10–20 riyal per kilogram.
Hotel tempat jemaah menginap, seperti Hotel 903 (Wedham Six), telah menyediakan fasilitas mencuci mandiri. Puluhan mesin cuci tersedia di rooftop lantai 11 yang juga berfungsi sebagai area jemur.
Dengan suhu rata-rata 45 derajat Celsius, pakaian cepat kering. Tak hanya itu, dari rooftop ini, jemaah juga bisa menikmati panorama Kota Makkah yang memukau dan menenangkan jiwa.
Kegiatan mencuci yang sederhana ini pun menjadi momen reflektif, di mana para jemaah merenungi perjalanan spiritual mereka di tanah suci.
Persiapan fisik, mental, dan spiritual terus dimantapkan. Semua jemaah berharap dapat menjalankan puncak ibadah haji dengan lancar, khusyuk, dan mendapatkan predikat haji mabrur.(red.a)
Post a Comment