Dari medan berbahaya hingga ruang komando: Kisah perjalanan Wakapolres Kediri Kompol Hari Kurniawan

  


Kediri,  panjalu.online–Jabatan Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) Kediri yang kini disandang Kompol Hari Kurniawan tidak diraih secara instan. Perwira menengah ini melewati perjalanan panjang penuh tantangan dan pengabdian, termasuk pengalaman yang mempertaruhkan nyawa.

Di tengah kesibukannya mengawasi berkas-berkas dan menerima laporan dari jajaran kepolisian sektor, sosok yang akrab disapa Kompol Hari ini tetap menyempatkan waktu untuk berbagi cerita perjalanan kariernya. Duduk di ruang kerjanya yang sederhana, ia tampak tekun menyimak laporan satuan sekaligus memberikan arahan kepada para kapolsek yang datang silih berganti.

Perwira yang kini menempati posisi kedua tertinggi di jajaran Polres Kediri itu memulai karier kepolisian pada tahun 1990. Lulusan pendidikan kepolisian ini mengawali pengabdiannya di satuan elit Brigade Mobil (Brimob) Surabaya dan bertugas selama hampir dua dekade.

“Saya mulai bergabung dengan kepolisian sejak 1990. Penugasan pertama saya langsung di Brimob. Banyak pengalaman yang membekas di sana, terutama saat bertugas sebagai anggota jihandak (penjinak bahan peledak),” ungkap pria kelahiran Ngawi ini.

Antara tahun 1993 hingga 1998, Hari dipercaya menangani penjinakan bom di Satuan Gegana Brimob. Kala itu, penugasannya bukan tanpa risiko. Ia menggantikan senior yang sebelumnya mengalami cedera serius akibat ledakan. Hal ini sempat menggoyahkan mentalnya.

“Saya pernah melihat langsung senior yang terkena ledakan hingga gendang telinganya pecah. Waktu itu saya merasa ciut, wajar sebagai manusia biasa,” kenangnya.

Setiap kali menerima laporan bom, rasa cemas tak bisa ia sembunyikan. Rasa takut itu bukan hanya soal keselamatan pribadi, tetapi juga kekhawatiran terhadap warga di sekitar lokasi kejadian. Namun ketegangan itu diimbangi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Bahkan, ia turut bertugas dalam pengamanan kunjungan pejabat negara. “Tim jihandak selalu menjadi garda depan. Meski menegangkan, ada kebanggaan tersendiri bisa berkontribusi langsung untuk keselamatan negara,” tegasnya.

Puncak pengabdian berisiko tinggi terjadi ketika ia tergabung dalam misi perdamaian di Aceh pada tahun 1998, melalui Operasi Sadar Rencong 3 dan Operasi Cinta Meunasah. Baru tiba di lokasi, markas mereka langsung diserang oleh kelompok bersenjata.

“Malam itu kami disambut dengan tembakan. Belum sempat menata barang, tiba-tiba terdengar ledakan dari GLM (Granat Launcher Module) dan rentetan tembakan dari berbagai arah,” tutur Hari.

Ia bersama rekan-rekannya harus bertahan di tengah kondisi mencekam selama sekitar 30 menit. Selain mempertahankan markas, mereka juga berupaya melindungi warga sekitar dari serangan kelompok separatis.

Usai bertugas di Aceh, Hari mendapatkan penghargaan Satyalancana Ksatria Tamtama dan Satyalancana Dharma Nusa atas dedikasinya menjaga keamanan di daerah rawan konflik.

Pada tahun 2007, ia ditarik ke Polda Jatim dan ditempatkan di Divisi Propam. Setelah mengikuti ujian perwira, kariernya berlanjut sebagai Kapolsek Asem Rowo, Tanjung Perak pada 2020. Tiga tahun bertugas di sana, lalu dilanjutkan dengan jabatan Wakapolres Jombang hingga 2024. Sejak awal 2025, ia menjabat sebagai Wakapolres Kediri.

Kini, meski telah berada di balik meja komando, semangat pengabdian Kompol Hari tidak pernah padam. Ia percaya, keamanan wilayah hanya bisa terwujud melalui kerja sama yang kuat antarinstansi dan masyarakat.

“Menjaga stabilitas keamanan bukan tugas polisi saja. Dibutuhkan sinergi antara seluruh elemen masyarakat agar tercipta situasi kamtibmas yang kondusif di Kediri,” pungkasnya.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post