MAKKAH, panjalu.online – Pelaksanaan ibadah haji tahun 2025 akan mengalami sejumlah penyesuaian signifikan, terutama terkait sistem layanan untuk jemaah selama berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Bila sebelumnya pengelolaan dilakukan berdasarkan kelompok terbang (kloter), kini layanan berfokus pada sistem syarikah atau perusahaan penyelenggara layanan di Arab Saudi.
Ketua Kloter 03 Embarkasi Surabaya (SUB), Khoirul Anam, mengungkapkan bahwa sistem berbasis syarikah ini akan merombak teknis pelayanan, mulai dari akomodasi, transportasi, hingga penempatan jemaah. “Semua proses, termasuk pengangkutan jemaah ke Armuzna, dikoordinasi langsung oleh syarikah. Ini membawa perubahan dalam pola layanan yang diterima jemaah,” ujarnya.
Khoirul menjelaskan bahwa selama di Arafah, jemaah akan ditempatkan berdasarkan maktab sesuai kelompok visa saat pendaftaran di Indonesia. “Nanti penempatan jemaah berdasarkan pengelompokan awal visa, bukan berdasarkan kloter. Ini akan mempengaruhi pola komunikasi dan koordinasi,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia pun telah menyiapkan skema detil untuk memfasilitasi kelancaran proses di Armuzna, terutama bagi jemaah tanazul—yang memilih untuk mabit atau bermalam di Mina. Penjagaan di jalur-jalur menuju tempat pelontaran jumrah juga diperketat. “Pos pengamanan sudah disusun. Petugas akan mengarahkan jemaah ke jalur dan lantai sesuai tempat tinggal di Mina,” terang Khoirul sembari memohon doa dari masyarakat agar seluruh rangkaian berjalan lancar dan tertib.
Sementara itu, menjelang puncak ritual haji, sebanyak tiga jemaah asal Kabupaten Kediri diberangkatkan ke Embarkasi Surabaya, Jumat kemarin (31/5). Mereka tergabung dalam kloter campuran atau dikenal sebagai kloter sapu jagat.
Menurut Analis Haji Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Kabupaten Kediri, Sulthonuddin Aziz, keberangkatan mereka dilakukan secara mandiri menuju Bandara Juanda. “Ini kloter pamungkas dari Embarkasi Surabaya, terdiri dari berbagai daerah di Jatim,” jelasnya.
Di sisi lain, kepadatan luar biasa mulai terlihat di kawasan Masjidil Haram. Menjelang pelaksanaan salat Jumat, ribuan jemaah memadati area sekitar masjid sejak pagi buta. “Saya sudah berada di sekitar masjid sejak pukul 07.00 pagi, tapi satu kilometer sebelum masuk sudah diperiksa askar,” tutur Alfin, jemaah asal Mojo, Kediri.
Pemeriksaan dokumen dilakukan dua kali sebelum jemaah diperbolehkan masuk. Setelah pukul 08.00 waktu setempat, akses menuju masjid ditutup karena kapasitas penuh. Jemaah yang berhasil masuk harus rela duduk di selasar atau area luar, termasuk di sekitar kran air zam-zam.
Meski harus berdesakan dan tidak mendapatkan tempat utama, banyak jemaah tetap bersyukur dapat mengikuti salat Jumat di Masjidil Haram. “Bisa salat Jumat di tempat paling suci ini adalah nikmat yang luar biasa,” ujar seorang jemaah dengan mata berkaca-kaca.
Kondisi membludaknya jemaah ini membuat pengamanan diperketat. Pasukan keamanan Arab Saudi, termasuk askar dan tentara, membentuk barikade dan pagar pembatas di sepanjang jalur menuju Masjidil Haram. Seluruh kendaraan besar dilarang melintas untuk sementara, dan yang terlihat hanyalah lautan manusia yang berjalan khusyuk menuju Baitullah.(red.a)
Post a Comment