Dari Kampung Bima ke Garda Intelijen: Dahlan Buktikan Mimpi Jadi Polisi Tak Butuh Lahir dari Keluarga Mapan

     


 panjalu.online-Tidak semua polisi berasal dari keluarga berada. Dahlan, pria kelahiran Bima tahun 1975, adalah contoh nyata bahwa latar belakang sederhana bukan penghalang untuk meraih cita-cita sebagai penegak hukum. Anak seorang petani dari pelosok Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, kini dipercaya menjabat sebagai Kepala Satuan Intelijen dan Keamanan (Kasat Intelkam) di Polres Kediri, dengan pangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu).

Penampilannya tegas, bahkan sedikit terkesan galak saat pertama kali dilihat. Namun, ketika berbicara, tutur kata Dahlan sangat santun dan penuh kehangatan. Sikap tenang dan wibawa itu mencerminkan pengalaman panjangnya di dunia intelijen sejak resmi menjadi anggota Polri pada tahun 1996.

“Saya Dahlan. Cukup itu saja,” ujarnya sambil tersenyum saat menyebutkan nama, menunjukkan kesederhanaan yang masih lekat meski sudah memegang posisi strategis.

Cita-cita menjadi abdi negara sudah tertanam sejak kecil. Dahlan mengaku sejak duduk di bangku sekolah sudah ingin menjadi polisi atau tentara. “Sudah dari kecil ingin mengabdi untuk negeri,” ungkapnya penuh semangat.

Setelah lulus dari SMAN 1 Bolo pada 1995, Dahlan memberanikan diri merantau ke Ambon. Ia memilih jalan mandiri, tak ingin membebani orang tua yang hanya mengandalkan hasil panen tiga bulan sekali untuk menyambung hidup.

“Orang tua saya hanya petani. Saya berjanji saat berangkat, saya tidak akan meminta uang lagi,” kenangnya.

Setahun penuh ia bertahan hidup di tanah rantau dengan bekerja sebagai petugas kebersihan di hotel sambil menunggu pembukaan pendaftaran anggota kepolisian. Ia percaya bahwa pekerjaan apapun itu mulia selama halal. Ketekunan dan niat tulusnya pun berbuah hasil. Tahun 1996, ia berhasil lolos menjadi anggota Polri.

Setelah resmi bergabung, Dahlan langsung ditugaskan di bidang intelijen Polda Maluku. Kariernya pun terus melesat. Ia sempat mengabdi di Ditintelkam Polda Jawa Timur dengan berbagai posisi, termasuk di bagian produksi komunikasi, pengamanan personel, dan sandi.

Sebelum menjabat sebagai Kasat Intelkam Polres Kediri, ia sempat menjadi Kanit 2 Satintelkam Polresta Sidoarjo. Kini, ia menjadi ujung tombak deteksi dini gangguan keamanan di wilayah Kediri.

“Inti dari kerja intelijen itu bukan hanya penguasaan peta dan data. Tapi juga keterbukaan dan kemampuan komunikasi. Dua hal itu saya selalu tanamkan pada tim,” jelasnya.

Kisah Dahlan menjadi pengingat bahwa latar belakang bukan batasan untuk bermimpi besar. Kesuksesan bukan milik orang kaya saja, tetapi milik mereka yang tekun berusaha, kuat mental, dan tak pernah berhenti berdoa.

“Kalau punya niat, harus disertai usaha dan doa. Jangan mudah menyerah,” pungkasnya, matanya tampak bersinar penuh harapan.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post